Senin, 24 Mei 2010

Sepuluh wasiat Rasulullah

sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan "perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami." (HR.Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

Ada 10 wasiat Rasulullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah. Sepuluh wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tsb adalah:

1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan, dan meningkatkan derajat wanita itu.

2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.

3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.

8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.

Begitu indah menjadi wanita, dengan kelembutan dan kasihnya dapat merubah dunia
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah, agar negeri menjadi indah, karena dirimu adalah tiang negeri ini

Sabtu, 22 Mei 2010

Mengapa DOA tidak di IJABAH oleh ALLAH...

Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu
’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).

Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :

1. Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.
2. Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?
3. Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.
4. Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.

5. Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?
6. Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.
7. Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.

8. Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.

Nah, bagaimana mungkin do’amu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.

Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki dating kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”

“Bagaimana dua bunyi ayat itu?” Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.

"Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far.

"Tidak," jawab orang itu.

"Lalu ayat yang kedua apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.

"Ayat yang kedua berbunyi "Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya.

"Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi.

"Tidak," jawabnya.

"Lalu mengapa?" Tanya imam Ja'far.

"Aku tidak tahu," jawabnya.

Imam Ja'far kemudian menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo'a kepada Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a. Tentu Alah akan menjawab do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."

"Apa yang dimaksud Jihad Do'a?" sela orang itu.

Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.

Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.

Kemudian bacalah, "Ya Allah, aku memnita maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," papar Imam Ja'far.

Rabu, 19 Mei 2010

Dosa yang paling besar disisi Allah

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, dia berkata. "Seseorang lelaki bertanya "Wahai Rasulullah! Dosa apakah yang paling besar disisi Allah? Kamu menjadikan tandingan bagi Allah sedangkan Dia-lah yang telah menciptakanmu.' Lelaki itu bertanya lagi, 'Berikutnya apa? Beliau menjawab, 'Kamu bunuh anakmu karena kamu takut ia makan bersamamu.' Laki-laki itu bertanya lagi, 'Lalu apa?, 'Beliau menjawab, 'Kamu berzina dengan istri tetanggamu.' Lalu Allah Azza Wa jalla menurunkan ayat yang membenarkan jawaban Rasulullah SAW tersebut, yang artinya, "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)." (QS. Al Furqan(25) : 68). (Muslim 1/63-64)

Gambaran Alam Kubur

MANUSIA di dunia ini ibarat musafir yang sedang dalam perjalanan lalu berehat di bawah sepohon pokok untuk melepaskan lelah dan berehat seketika sebelum meneruskan ke destinasi yang hendak dituju.
Perjalanan itu pula masih jauh dan terpaksa melalui pelbagai liku serta cabaran. Inilah gambaran matlamat sebenar hidup insan yang hendak dicapai. Pentas dunia hanya tempat untuk bercucuk tanam dengan amalan salih sebagai bekalan di akhirat nanti.

Sebelum manusia berpindah ke alam akhirat mereka akan menempuh satu alam dinamakan alam barzakh dan di sana mereka akan menjawab soalan ditujukan malaikat kepada mereka. Di sinilah penentu kejayaan di alam akhirat nanti sama ada manusia itu akan masuk ke syurga atau neraka.
Persoalan kubur termasuk dalam pokok keimanan terhadap alam ghaib seperti mana kita wajib percaya akan adanya syurga, neraka, malaikat dan hari kiamat. Dalam al-Quran dan hadis Rasulullah SAW yang sahih banyak diterangkan perkara di atas yang menuntut setiap orang meyakini adanya alam selepas kehidupan duniawi.

Ia dikenali dengan perkara ‘sam’iyat’ iaitu perkara yang hanya diketahui melalui perkhabaran, tidak dapat dilihat oleh mata dan tidak terfikir akal. Beriman kepada alam ghaib adalah ciri orang beriman.
Allah berfirman yang bermaksud: “Kitab al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (mengenai datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya), ia pula menjadi petunjuk bagi orang yang beriman kepada perkara ghaib dan mendirikan solat serta membelanjakan sebahagian daripada rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

Walaupun ada sesetengah agama mempercayai adanya kebangkitan selepas kematian di alam roh tetapi mereka menyeleweng daripada konsep dipegang Islam. Sebahagian lagi terus kufur dan menolak kerana mereka berdasarkan logik serta akal fikiran semata-mata, menganggap bahawa hidup hanya di atas dunia ini saja.

Golongan itu dijelaskan Allah dalam firman yang bermaksud:
“Dan tidakkah manusia fikirkan bahawa Kami jadikan dia dari setitik mani, tetapi tiba-tiba ia (jadi) pembantah yang nyata.” – (Surah Yasin, ayat 77)
Kesimpulan yang boleh dibuat manusia di dunia ini diklasifikasikan dalam tiga golongan iaitu mereka yang beriman dengan adanya alam ghaib melalui as-samiyat, percaya ada alam ghaib berdasarkan kepercayaan dan kufur dengan alam ghaib.

Kubur adalah perhentian pertama setelah seorang hamba itu meninggal dunia dan kemudian tempatkan di alam arwah sehingga hari kiamat. Di sinilah penentuan kebahagiaan kecelakaan yang abadi.
Hadis Abi Said mengatakan, Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Kubur itu adalah salah satu lubang neraka, atau salah satu taman syurga.”
Adapun arwah orang yang beriman akan sentiasa dalam rahmat dan peliharaan Allah tidak kira di mana mereka berada. Bagaimanakah seseorang itu akan menghadapi persoalan kubur?
Adapun roh orang yang beriman dijelaskan Allah dalam firman yang bermaksud:
“Setelah menerangkan akibat orang yang tidak menghiraukan akhirat, Tuhan menyatakan bahawa orang beriman dan beramal salih akan disambut dengan kata-kata: Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya, kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan), lagi diredai (di sisi Tuhanmu). Serta masuklah dalam kumpulan hamba-Ku yang berbahagia, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” – (Surah al-Fajar, ayat 27-30)
Kemudian apabila seseorang hamba Allah meninggal dunia, selepas dikebumikan dan ditinggalkan kuburnya lalu datanglah dua malaikat iaitu Mungkar dan Nakir yang ditugaskan untuk menyoalnya.

Jika ia beriman dan beramal salih, maka diberikan taufik oleh Allah menjawab persoalan dengan mudah. Kemudian dibuka baginya pintu syurga dan diperlihatkan syurga ke atasnya dan berbahagialah dia sehingga hari kiamat.

Namun jika orang itu kafir atau munafik, mereka akan menjawab tidak tahu. Lalu akan menerima seksaan kubur yang dahsyat. Suara teriak mereka dapat didengar oleh makhluk lain kecuali manusia dan jin.
Menurut Syeikh Abdullah Al-Fattani dalam bukunya Kasful Qhummah, roh Nabi, syuhada, muttaqin, salihin akan diangkat oleh malaikat ke langit selepas selesai tanya jawab dengan malaikat Mungkar dan Nakir.
Kemudian di angkat ke langit kedua, ketiga, keempat dan seterusnya ketujuh hingga ke Sidratul Muntaha dan di bawa ke Arasy Tuhan. Di sinilah mereka akan ditempatkan dan hidup dengan senang serta bahagia sehingga tiba hari kiamat.
Persoalan kubur tidak terkecuali bagi setiap orang yang meninggal dunia sama ada mereka mati di bumi, laut atau angkasa. Mengenai gambaran azab dan seksa kubur itu dalam pelbagai cara seperti dijelaskan ulama.
Bagaimanapun kita tidak banyak mengetahui rahsia alam roh melainkan apa yang diceritakan al-Quran dan hadis kerana ia adalah urusan Allah. Apabila seseorang berpindah ke alam baqa, bermakna terputuslah segala hubungan dan amalannya di dunia ini melainkan sedekah jariah, ilmu bermanfaat, anak soleh dan juga doa daripada kaum kerabatnya di dunia ini.
Riwayat daripada Ad-Dailami ada menyebut yang bermaksud: “Orang yang mati dalam kuburnya adalah seperti orang sedang tenggelam yang meminta pertolongan. Ia menunggu sampai kepadanya (rahmat) sesuatu doa daripada anaknya, atau saudaranya ataupun sahabat handainya. Apabila (rahmat) doa itu sampai kepadanya, maka tidaklah terkira sukacitanya dan dirasainya ‘rahmat doa itu’ lebih berharga daripada dunia dan segala isinya. Sebenarnya hadiah orang yang hidup kepada orang mati ialah doa dan istighfar.”

Alam sesudah mati ini memberi peringatan bahawa tidak selamanya kita akan kekal di muka bumi ini. Lambat laun kita juga mengikut jejak langkah mereka yang dulu menempuh alam barzakh. Semoga ia memberi keinsafan kepada kita untuk menyediakan bekalan terbaik untuk bekalan akhirat.

Oleh Masmawi Abdullah

Alhamdulillah, saat ini admin memiliki sebuah CD sebagai koleksi tentang hal ini berikut ilustrasinya. Sangat baik untuk kita gunakan sebagai sock teraphy agar kita lebih meningkatkan keimanan kita pada Allah dan mencegah perbuatan yang tidak disukai Allah, agar kita selamat dari siksa kubur sebagai terminal pertama sebelum kita sampai pada terminal akhir, di Akhirat kelak.
Siapa berminat????

Barokah Shalat Khusyuk...

Hikam :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )

Rasulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )

Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:

1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.

4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
5. Selalu tenang dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya
Rasulullah.
7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.

Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.

Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.

Orang-orang Yang di Doa kan para Malaikat...

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mere ka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Janji Harus Ditepati..

(a touching story from India)
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, “Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.”

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Sindu tampak ketakutan air matanya mengalir.
Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice).

Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun dia sangat tidak suka makan curd rice ini.
Ibu dan istriku masih kuno mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata,
“Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.”

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku.
Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata, “Boleh ayah…. akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta…” (agak ragu2 sejenak…) “…akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaanku?”
Aku menjawab, “Oh pasti sayang”.
Sindu tanya sekali lagi, “Betul ayah?”
“Yah pasti..” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, “Janji” kata istriku.

Aku sedikit khawatir dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”
Sindu menjawab,”Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.”
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu.
Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Sindu melewati penderitaannya dia mendekatiku dengan mata penuh harap dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada Hari Minggu.
Istriku spontan berkata, “Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!” Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk: “Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.” Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, “Tidak ada ‘yah, tak ada keinginan lain,” kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu, “Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.”

Sindu dengan menangis berkata, “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku kenapa ayah sekarang mau menarik perkataan ayah sendiri?
Bukankah ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya raja rela memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.”

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku,
“Janji kita harus ditepati!”
Secara serentak istri dan ibuku berkata, “Apakah aku sudah gila?”
“Tidak,” jawabku, “kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri.”
“Sindu permintaanmu akan kami penuhi.”

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari senin aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak, “Sindu tolong tunggu saya.” Yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak aku berpikir mungkin “botak” model jaman sekarang.Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata, “Anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”
Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh dipipinya. “Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah,karena chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah, minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi.

Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish.Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”
Aku berdiri terpaku.Dan tidak terasa air mataku meleleh.
Malaikat kecilku… tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih.
(Author Unknown)

Tentang Surah Al-Fatihah...

Bismillāhir rahmānir rahīm (“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.)
Alhamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)
Arrahmānir rahīm (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Māliki yaumiddīn (Penguasa hari pembalasan)
Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn (Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)
Ihdinās ṣirātal-mustaqīm (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus)
Ṣirāṭal-ladzīna an’amta ‘alaihim ġayril maġdūbi ‘alaihim walāḍḍāllīn. (Jalan mereka yang telah Engkau beri kenikmataan. Bukan jalan mereka yang Engkau murkai. Dan bukan pula jalan mereka yang sesat)

Shahibu ratib al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad mengawali susunan dzikir ratibnya yang mulia ini dengan surat al-Fatihah, surat pilihan dari surat-surat yang ada dalam al-Quran yang memiliki keagungan, rahasia dan keutamaan yang tidak dapat dibandingkan dengan surat-surat yang ada dalam al-Quran, bahkan dengan keseluruhan ayat-ayat Allah yang pernah diturunkan kepada segenap Nabi-nabi-Nya.

Diriwayatkan bahwa seorang kaisar melayangkan surat kepada amirul mu`minin Umar bin Khaththab ra, dalam suratnya ia bertanya, “Kami dapati dalam Injil bahwa barangsiapa membaca surat yang di dalamnya tidak terdapat tujuh huruf, yaitu : tsa, kha, zha, fa, zay, jim dan syin, maka Allah mengharamkan jasadnya dari siksa api neraka, dan kami telah cari dalam kitab Zabur dan Taurat akan tetapi kami tidak menemukannya. Apakah surat tersebut terdapat dalam kitab kalian?” kemudian Sayyidina Umar bin Khaththab mengumpulkan para sahabat dan memberitahukan hal ini. Maka berkata kepada beliau Sayyidina Ubay bin Ka`ab ra, “Surat itu adalah al-Fatihah.” Kemudian dijawablah surat sang kaisar dan akhirnya dia pun memeluk Islam.

Al-Imam Abu Su`ud bin Muhammad al-Imadiy dalam tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat tentang surat al-Fatihah yang agung, dari Hudzaifah al-Yamani, telah bersabda Rasulullah saw, “..bahwasanya Allah menimpakan adzab yang sangat pedih kepada suatu kaum, maka salah seorang anak dari anak-anak pada kaum itu membaca al-Fatihah dan Allah swt mendengarnya, maka Dia mengangkat adzab dari kaum tersebut selama empat puluh tahun berkat bacaan mulia tersebut.
(Surat Makkiyah, terdiri dari 7 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Muddatsir)

Nama-nama lain Al-Fatihah
Al-Fatihah dinamai Fatihatul-Kitab karena ia merupakan pembuka tulisan Al-Kitab. Dengan surat ini pula bacaan di dalam berbagai shalat dimulai.
Al-Fatihah dinamai Ummul-Kitab dan Ummul-Qur’an karena makna-makna Al-Qur’an merujuk pada makna yang dikandung dalam surat Al-Fatihah. Al-Fatihah pun dinamai As-Sab’ul-Matsani dan Al-Qur’anul-‘Azhim. Dalam sebuah hadits shahih, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam…adalah Ummul-Qur’an, Ummul-Kitab, Sab’ul Matsani, dan Al-Qur’anul-‘Azhim.”

Al-Fatihah pun disebut Al-Hamdu dan shalat karena ada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Rabb-nya, “Shalat dibagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Apabila hamba-Ku mengatakan, ’Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’” Maka Al-Fatihah dinamai shalat karena ia merupakan rukun dalam shalat.
Al-Fatihah juga dinamai Asy-Syifa’ karena ada keterangan yang diriwayatkan secara marfu’ oleh Ad-Darimi dari Abu Said, “Fatihatul-Kitab merupakan obat segala racun.”

Al-Fatihah dinamai Ar-Ruqyah berdasarkan hadits dari Abu Said Al-Khudri, yaitu tatkala dia menjampi orang yang sehat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dari mana Anda tahu Fatihah merupakan jampi?”

Al-Fatihah juga dinamai Asasul-Qur’an berdasarkan keterangan yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi dari Ibnu Abbas bahwa dia menamainya Asasul-Qur’an. Ibnu Abbas berkata, “Dasar Al-Fatihah adalah bismillahirrahmanirrahim.”

Sufyan bin Uyainah menamainya dengan Al-Kafiyah (yang mencukupi), “Ummul-Qur’an sebagai pengganti dari selain nama-nama Al-Fatihah. Selain nama-nama Al-Fatihah itu tidak ada lagi nama sebagai penggantinya.”

Keutamaan Al-Fatihah
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Ubai bin Ka’ab, namun dia sedang shalat. Rasulullah berkata, ‘Hai Ubai,’ maka Ubai melirik namun tidak menyahut. Nabi berkata, ‘Hai Ubai,’ lalu Ubai mempercepat shalatnya kemudian beranjak menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata, ‘Assalamu’alaika ya Rasulullah.’ Rasulullah menjawab, ‘Wa’alaikassalam hai Ubai. Mengapa kamu tidak menjawab ketika kupanggil?’ Ubai menjawab, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat.’ Nabi bersabda, ‘Apakah kamu tidak menemukan dalam ayat yang diwahyukan Allah Ta’ala kepadaku yang menyatakan, ‘Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.’’ Ubai menjawab, ‘Ya Rasulullah, saya menemukan dan saya tidak akan mengulangi hal itu.’ Rasulullah bersabda, ‘Sukakah kamu bila kuajari surat yang tidak diturunkan surat lain yang serupa dengannya di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan?’ Ubai menjawab, ‘Saya suka wahai Rasulullah.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya aku tidak mau keluar dari pintu ini sebelum aku mengajarkannya.’ Ubai berkata, ‘Kemudian Rasulullah memegang tanganku sambil bercerita kepadaku. Saya memperlambat jalan karena khawatir beliau akan sampai di pintu sebelum menuntaskan pembicaraannya. Ketika kami sudah mendekati pintu, aku berkata, ‘Ya Rasulullah, surat apakah yang engkau janjikan itu?’ Beliau bertanya, ‘Apa yang kamu baca dalam shalat?’ Ubai berkata, ‘Maka aku membacakan Ummul-Qur’an kepada beliau.’ Beliau bersabda, ‘Demi jiwaku dalam genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu baik dalam Taurat, Injil, Zabur, maupun Al-Furqan. Ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.’”

At-Tirmidzi meriwayatkan pula hadits tersebut. Menurut riwayatnya, “Sesungguhnya Al-Fatihah itu sebagai tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan sebagai Al-Qur’an yang mulia yang diberikan kepadaku.”

Kita dapati hadits lain tentang keutamaan surat Al-Fatihah. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dan Nasa’I meriwayatkan dalam Sunannya dengan sanad dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (sedang duduk) dan disisinya ada Jibril. Tiba-tiba Jibril mendengar suara dari atas. Maka ia mengarahkan pandangannya ke langit lalu berkata, ‘Inilah pintu langit dibukakan, padahal sebelumnya tidak pernah.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Dari pintu itu turun malaikat. Dia menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, ‘Gembirakanlah (umatmu) dengan dua cahaya. Sungguh keduanya diberikan kepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul-Kitab dan beberapa ayat terakhir surat Al-Baqarah. Tidaklah Anda membaca satu huruf pun darinya melainkan Anda akan diberi (pahalanya).’”

Dalam hadits lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang mendirikan shalat tanpa membaca Ummul-Qur’an, maka shalatnya tidak sempurna.” Beliau mengatakan hal itu tiga kali.

Hukum Membaca Al-Fatihah dalam Shalat
Mengenai hukumnya, terdapat tiga pendapat berikut ini:
Pertama, imam, makmum dan orang yang shalat munfarid (sendirian) wajib membaca Al-Fatihah berdasarkan keumuman hadits mengenai hal ini, “Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” Pendapat ini dipegang oleh Imam Syafi’I rahimahullah.

Kedua, makmum (dalam shalat berjama’ah) tidak wajib sama sekali membaca Al-Qur’an, baik surat Al-Fatihah maupun surat lainnya, baik dalam shalat jahar (bacaan dikeraskan) maupun sir (bacaan tidak dikeraskan). Hal itu berdasarkan keterangan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Jabi bin Abdullah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mendapatkan imam, maka bacaan imam berarti bacaan untuk makmum juga.” Akan tetapi, sanad hadits ini lemah.

Ketiga, dalam shalat sir, makmum wajib membaca Fatihah. Hal itu tidak wajib dalam shalat jahar karena dalam Shahih Muslim ada hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya imam itu dijadikan panutan. Apabila imam takbir, maka bertakbirlah kamu, dan apabila imam membaca (surat), maka simaklah olehmu.” Hadits tersebut menunjukkan ke-shahih-an pendapat ini. Dan pendapat ini merupakan qaul qadim (pendapat lama) Imam Syafi’i.